Memontum Kota Malang – Melalui Perpres 16 tahun 2018 tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah, dan Permenristekdikti 20 tahun 2018 tentang tata cara kontrak penelitian, Kemenristekdikti menugaskan civitas akademika dalam penelitian untuk mewujudkan World Class Research, selain World Class University, dan World Class Professor. Tujuannya untuk meningkatkan publikasi internasional semakin tinggi, seperti Jurnal terindeks Scopus Internasional, Journal Lecture, Journal Science, dan lainnya.

Hal ini diungkapkan oleh Direktur Riset dan Pengabdian Masyarakat Ristekdikti, Prof Ocky Karna Radjasa, MSc, PhD, dalam Seminar Nasional Sistem Informasi Hasil-hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, dengan mengangkat tema “Peran Sistem Informasi Dalam Ekonomi Kreatif sebagai Elemen Peningkatan Daya Saing Indonesia” di Gedung PPI Unmer, Kamis (9/8/2018).

 

Seminar yang diinisiasi oleh Fakultas Teknologi Informasi Universitas Merdeka (Unmer) ini, dihadiri para dosen, mahasiswa S2 dan S3, yang sedang mengerjakan penelitian didampingi LPPM PTS se-Malang Raya, diantaranya Unisma, Uniga, Unidha, Unitri, ITN, Uwiga, STIKI, dan lainnya. “Saya sedang mencari 200 peneliti Indonesia dalam kategori jurnal internasional. Karena targetnya tak hanya itu, juga meningkatkan sitasi peneliti yang mensitir jurnal yang akan dipakai peneliti lain. Kita dorong untuk World Class, sehingga indeks sitasi jurnal tereputasi sangat tinggi juga semakin tinggi. Untuk itu, akan saya berikan surat penugasan bagi dosen yang berminat mulai tahun ini, meski dananya tahun depan,” jelas Ocky, didampingi Fikri Amrullah, M.Com, Dekan Fakultas Teknologi Informasi Unmer.

Banyaknya peneliti muda yang tidak bisa karena aturan usia, kepangkatan, dan guru besar, dengan kebijakan ini dapat difasilitasi menjadi guru besar di usia muda. “Karena laju guru besar yang pensiun lebih besar daripada guru besar baru. Target tahun 2018 sebesar 14.000 penelitian sudah tercapai saat pertengahan tahun, hingga dinaikkan 19.000 penelitian sampai akhir tahun. Tentunya tahun depan lebih tinggi lagi, dan semoga cepat tercapai juga. Dengan pemberian dana riset, yang terbagi riset dasar, pengembangan, dan terapan, diharapkan ada output tambahan yang dihasilkan,” terang Ocky.

Selain itu, para dosen disupport dengan klinik manuskrip sebagai wadah pembekalan dan pengalaman peneliti muda dalam menulis jurnal bereputasi internasional. “Saat ini ada 15 lokasi, seperti Papua dan sekitarnya, Kalimantan dan sekitarnya, dan lainnya yang dijadikan dalam 1 wilayah agar lebih mudah. Dengan pendampingan mentor, penelitiannya siap dijadikan jurnal internasional.

Ada 8 standar nasional untuk riset dan pengabdian. Salah satunya pendanaan dan pembiayaan riset dan pengabdian. Jadi setiap Perguruan Tinggi wajib menyediakan dana riset Internal, pengelolaan riset/pengabdian. “Dari situ, ada 6 aspek yang harus dipenuhi, yakni perencanaan, pelaksanaan, monev, pelaporan, penguatan kapasitas, dan insentif. Seperti jurnal penelitian itu butuh Rp 50 juta, tapi mampunya universitas cuma Rp 5 juta ya ga apa-apa. Yang penting mulai dulu,” tukas Ocky.

“Fakultas Teknologi Informasi Unmer mencoba menginisiasi Rencana Induk Penelitian (RIP) riset nasional. Melalui peran teknologi informasi dan komunikasi, kami ingin berperan aktif dalam pembangunan daya saing Indonesia. Diharapkan outputnya, percepatan publikasi ilmiah internasional dan implementasi penelitian yang dilakukan para peneliti, mahasiswa S2 dan S3, dan LPPM,” ungkap Fikri Amrullah, M.Com. (rhd/yan)